Setelah cukup lama tidak melakukan site visit, di bulan Nopember tahun 2010 ini akhirnya saya mengunjungi PT. Newmont Nusa Tenggara di Kepulauan Sumbawa Besar untuk melakukan benchmarking sistem penilaian PajakBumi dan Bangunan (PBB) pertambangan mineral Indonesia. Lokasi yang saya pilih adalah PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT).
Kawasan tambang selama ini selalu berkesan buruk. Setelah beberapa tahun lalu saya sempat mengunjungi PT. Freeport Indonesia di Papua, tak terkecuali di PT. NNT ini pun memiliki citra yang tidak jauh berbeda. Citra tambang dengan bentang alam yang porak poranda karena penggalian, truk-truk besar yang berlalu-lalang, debu berterbangan kesana kemari, lahan panas dan gersang, akan segera menyergap alam pikiran kita. Memang, baik dalam skala kecil maupun besar, begitulah suasana kawasan tambang. Secara umum mungkin sangat tidak menarik untuk dilihat, namun dari nilai strategis ekonomi nasional maupun lokal tidak dapat dipungkiri bahwa tambang merupakan penopang utama perekonomian sekitar.
Perjalanan selama 4 hari via Mataram ini cukup melelahkan karena seluruh moda transportasi harus dijalani. Dari Jakarta ke Mataram sekitar 1 jam 50 menit menggunakan jalur udara. Dari Mataram sampai ke pelabuhan penyeberangan Kayangan menggunakan jalur darat sekitar 1.5 jam.
Dari pelabuhan Kayangan menggunakan jalur laut melintasi selat Alas yang memisahkan Pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa via ferry menuju pelabuhan Kep. Sumbawa Barat memakan waktu sekitar 1.5-2 jam. Dari sini kita melanjutkan perjalanan menuju kota Sumbawa Besar menggunakan jalur darat yang memakan waktu sekitar 2.5 jam.
Foto: Di atas ferry menuju KSB.
Sekilas PT. NNT
(http://en.wikipedia.org/wiki/Batu_Hijau_mine)
PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) merupakan perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki oleh Nusa Tenggara Partnership (Newmont & Sumitomo), PT Pukuafu Indah (Indonesia) dan PT Multi Daerah Bersaing (menurut informasi dari pihak manajemen, perusahaan ini merupakan perusahaan partner antara Pemda setempat dan PT. Bumi Resources). Newmont dan Sumitomo bertindak sebagai operator PT.NNT. PT.NNT menandatangani Kontrak Karya pada 1986 dengan Pemerintah RI untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi di dalam wilayah Kontrak Karya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
PT.NNT menemukan cebakan tembaga porfiri pada 1990, yang kemudian diberi nama Batu Hijau. Setelah penemuan tersebut, dilakukanlah pengkajian teknis dan lingkungan selama enam tahun. Kajian tersebut disetujui Pemerintah Indonesia pada 1996 dan menjadidasar dimulainya pembangunan Proyek Tambang Batu Hijau, dengan total investasi US$ 1,8 Miliar. Proyek pembangunan tambang, pabrik dan prasarananya selesai pada 1999 dan mulai beroperasi secara penuh pada Maret 2000.
Tambang Batu Hijau saat ini mempekerjakan lebih dari 4.000 pekerja dan 3.000 pekerja kontrak. Lebih dari 60% pekerja berasal dari Provinsi NTB. Karyawan di Batu Hijau memiliki peluang berkelanjutan untuk mengikuti pelatihan peningkatan keterampilan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini memberikan keuntungan ekonomi secara langsung bagi Provinsi NTB dan meningkatkan keterampilan serta kemampuan masyarakat lokal di pelbagai bidang keterampilan yang biasa digunakan di industri pertambangan modern.
Sekilas Tentang Tambang Batu Hijau
Tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa adalah tambang tembaga terbesar selama ini di Kepulauan Nusa Tenggara yang dulu dikenal pula sebagai Kepulauan Sunda Kecil. Pada mulanya ketika eksplorasi awal dilakukan pada tahun 1980-an, PT.NNT yang sebenarnya lebih ahli dalam penambangan emas, tentu berharap bukit terobosan magma purba yang dieksplorasi akan menghasilkan urat-urat emas.
Dari keterangan pihak PT. NNT dalam eksplorasi itu, para geolog yang menyusuri satu persatu sungai-sungai yang menghulu ke puncak bukit sedikit heran ketika menemukan endapan-endapan travertin berwarna kehijauan. Malachite, itulah nama mineral yang menyusun endapan kehijauan itu. Mineral itu berkomposisi Cu2(CO3)(OH)2 yang berarti endapan yang terbentuk berasal dari air karbonat yang mengandung tembaga. Temuan mineral malachite yang berwarna hijau itulah yang kemudian membuat bukit tersebut dikenal sekarang sebagai Batu Hijau.
Eksplorasi ke arah puncak semakin menggairahkan para geolog bahwa bukit tersebut justru adalah bukit berbijih tembaga ketika dijumpai pula tumbuhan copper fern. Tumbuhan pakis itu menjadi penciri permukaan bahwa tanah tempat tumbuhnya mengandung tembaga. Apalagi tempat dimana pakis tembaga itu tumbuh, terkonsentrasi di suatu tempat yang relatif gundul di antara hutan lebat.
Pada 1990-an, setelah rangkaian penyelidikan mulai dari analisis tanah dan batu, pemetaan geologis, pendugaan geofisika hingga pengeboran, akhirnya menunjukkan bahwa bukit berelevasi asal 460 m di atas muka laut, menjadi sumber tambang tembaga yang cukup kaya. Semua proses penambangan dengan sangat jelas dapat kita nikmati di Batu Hijau.
Dihari pertama tim yang terdiri dari saya, Madjidi Ali, Romy Ardiansyah, Ahmad Riadi (KP DJP) beserta 2 orang staf KPP Pratama Sumbawa Besar langsung diterima oleh Pak Hary Finance Staff PT NNT di Benete dan langsung mengadakan general meeting bersama beberapa tim dari PT. NNT. Setelah itu karena waktu sudah cukup senja, dengan menggunakan dua kendaraan rombongan dibawa menuju town site untuk menginap semalam.
Pada hari kedua, kami melakukan site visit ke tambang Batu Hijau dengan waktu tempuh kurang lebih ½ jam dari town site. Pit look out yang sekarang kedalamannya sudah mencapai sekitar 175 meter dari permukaan tanah. Dari tempat kami berdiri sekitar elevasi 100 kita melihat suatu pemandangan yang sangat menakjubkan. Lubang pit yang menganga lebar dengan warna air asam yang hijau kebiru-biruan. Pemandangan ini mengingatkan saya akan keindahan danau tiga warna Kalimutu di Flores atau danau Towuti di Sorowako.
Dari ketinggian tersebut, kami melihat giant truck bekerja seperti semut pada elevasi 30 meter diatas permukaan laut yang bekerja dikontrol oleh sebuah sistem komputer yang terintegrasi secara otomatis. Dijelaskannya, target pengerukan sampai tahun 2010 ini mencapai elevasi 175 meter. Air asam ini dibuang dengan menggunakan empat pompa yang langsung dibuang melaui pipa ke kolam penampung air asam. Ada tiga kolam penampung yang terdapat di teluk Santong.
Menurut penjelasan pihak PT. NNT, penggunaan pit look out ini tergantung dari ijin pinjam pakai yang diberikan pemerintah yang hanya sampai tahun 2011. Dan dari 2011 tersebut ternyata masih ada stock pile yang akan diolah. Kadar batuan yang berada dalam stock pile ini ada tiga jenis yakni Hi grade, Medium Grade, dan Low grade. Menurutnya kemudian bila pemerintah memperpanjang ijin pakainya maka NNT akan mengolah tambang sampai dengan tahun 2022. Disinggung mengenai reklamasi lahan, dijelaskan pula target reklamasi hingga tahun 2033 mendatang.
Setelah hampir 1.5 jam kami memahami proses penambangan di pit, maka kemudian kami menuju pabrik consentrator. Disebelah kanan jalan menuju lokasi tersebut dipenuhi dengan 4 pipa ukuran 3 inch dengan beragam kegunaan. Pipa untuk air bersih dan pipa consentrat yang dialirkan dari Pit menuju ke arah pelabuhan Benete dimana disana terdapat pabrik filter dan kondensasi sebelum produk consentrat di kapalkan. Sesampai kami di pabrik, salah seorang petugas PT. NNT yang memandu menunjukkan bagaimana proses pemisahan bebatuan untuk menjadi serbuk berharga melalui sebuah ruang kontrol. Mulai dari proses memperkecil ukuran batuan (grinding) sampai dengan proses pemisahan sampai dengan pemisahan antara mineral berharga dengan slump nya yang dilakukan melalui proses flotasi sehingga yang tersisa hanya serbuk berharga yang disebut dengan consentrat dengan meninggalkan ampasnya yang dinamakan tailing.
Dijelaskan pula bahwa tailing yang dihasilkan dari proses pengolahan bijih tembaga dan emas PT. NNT tidak berbahaya, tidak beracun dan secara umum memiliki karakteristik yang sama dengan pasir di dasar permukaan laut sekitar pulau Sumbawa. Tailing merupakan bagian yang tersisa dari batuan yang telah digerus sampai halus dan diambil kandungan bijih mineral berharganya. PT.NNT menerapkan sistem penempatan tailing laut dalam (deep sea tailing placement) di bawah zona laut yang produktif secara biologis. Penanganan tailing dimulai setelah pemisahan mineral di proses flotasi ketika slurry (bubur bijih) masuk ke dalam tangki deaerasi. Tangki ini berfungsi untuk menghilangkan kandungan udara dalam tailing, sehingga saat dikeluarkan ke dalam laut tailing tidak bergerak ke atas akibat udara yang naik.
Setelah melalui tangki deaerasi, tailing mengalir melalui jaringan pipa darat sepanjang 6 km dan pipa laut sepanjang 3.4 km menuju tepi palung laut di teluk Senunu dan tailing dilepaskan pada kedalaman lebih dari 100 m di bawah permukaan laut. Karena kepadatan dan massa jenisnya, tailing mengalir secara alami menuruni palung terjal dan mengendap di dasar palung laut dalam di sebelah selatan pulau Sumbawa yang memiliki kedalaman antara 3000 hingga 4000 meter di bawah permukaan Samudra Hindia.
Pemantauan sistem penempatan tailing bawah laut dilakukan secara ekstensif untuk memastikan bahwa sistem ini berfungsi sesuai dengan rancangannya, yaitu untuk meminimalkan dampak potensial bagi lingkungan. Hasil pemantauan terumbu karang, sedimen laut, ikan, ekologi muara, dan mutu air dievaluasi dengan cermat secara berkala oleh para ilmuwan dan ahli profesional..
Setelah sekitar 1 jam mengamati secara seksama proses pembentukan consentrat kami pun menuju lokasi town site kembali untuk packing dan turun untuk makan siang. Nah untuk makan siang kali ini saya bersama tim berkesempatan untuk mampir di pantai Maluk yang bersih dan indah. Disini kami mencoba makanan khas berupa sayur sepat, ikan bakar, sambal pedas dan kelapa muda.
Setelah dapat tambahan tenaga, kami melanjutkan perjalanan menuju daerah sekitar pelabuhan Benete untuk melihat proses filterisasi dan dewatering consentrat beserta fasilitas lainnya seperti power plant dan dermaga. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WITA, kami pun berbegas meninggalkan lokasi PT. NNT untuk kembali menuju kota Mataram menggunakan jalur yang sama ketika kami berangkat.
Subhanallah perjalanan ini ternyata sungguh melelahkan dimana dua orang tim kami sudah terlebih dahulu mengeluarkan isi perutnya karena mabuk darat. Namun Alhamdulillah saya masih kuat menahannya sampai pelabuhan penyeberangan.
Terkait dengan perjalanan ini saya mencari keterkaitan antara dunia penambangan dengan Islam. Islam sebagai agama yang yang sempurna yang telah diberikan Allah kepada umat manusia sebagai rahmatan lil alamin. Sedangkan Al-Quran sebagai kitab yang sempurna mengatur dan menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup manusia baik saat sekarang, yang telah lalu dan yang akan datang. Al-Quran membahas proses kejadian manusia hingga apa yang akan menjadi rezeki bagi manusia agar dapat menjalani hidupnya di dunia yang salah satunya adalah mengenai dunia pertambangan.
Al-Quran sangat banyak memuat ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pertambangan, memuat masalah bahan-bahan galian ataupun kandungan dalam bumi yang manusia pijak ini. Bahan-bahan galian yang berupa mineral dan batuan merupakan objek utama dalam dunia pertambangan yang memiliki nilai ekonomis dibutuhkan manusia dalam menjalani hidupnya di dunia sebagai perhiasan, sebagaimana firman Allah swt dalam Quran Surah Ali ‘Imran Ayat 14 yang artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Pada ayat ini, Allah memberikan gambaran bahwa emas dan perak merupakan salah satu keindahan dalam hidup manusia yang dicintai keberadaannya karena nilainya yang tinggi. Emas dan perak merupakan salah satu bahan galian yang menjadi objek dalam dunia pertambangan. Ini semua Allah ciptakan sebagai kesenangan hidup di dunia bagi manusia. Dalam ayat lainnya seperti surah Al A’raaf, Ayat 148 yang artinya:
“Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim”
Kemudian juga dalam surah Ar Ra’d, Ayat 17 yang artinya:
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi”
Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. Dari semua ini, sudah sangat jelas hubungan Al-Quran dengan pertambangan. Ilmu pertambangan didapatkan dari Al-Quran dan saat menambang, penambangan menjadikan quran sebagai panutan agar tidak salah dalam melakukan tindakan saat mengambil hasil bumi sehingga tidak terjadi Bencana. Saatnya kita membuktikan bahwa kita adalah umat yang terbaik, umat yang akan menguasai peradaban dunia,dan Insya Allah tak lama lagi impian itu akan tercapai.
Indahnya alam Sumbawa membawa arti tersendiri bagi saya dalam memaknai nikmat Allah….Subhanallah….. wallahualam bissawab…
Sumbawa, Nopember 2010