Merayakan Hari Kemenangan Di Negeri Minoritas Muslim

Hari kemenangan yang dinanti itu pun akhirnya tiba. Banyak cara bagi umat muslim untuk merayakan hari yang sangat didambakan tersebut.  Secara umum, makna Idul Fitri bagi sebagian orang muslim adalah hari kemenangan, hari menuju fitrah (kesucian), dimana tali silaturahmi sangat mewarnai hari penuh makna ini. Pasalnya, setelah sebulan lamanya umat muslim melaksanakan ibadah puasa, seharusnya hati mereka menjadi lebih bersih dari zat-zat keduniawian yang bisa merusak iman muslimin dan muslimah. Sebab, sudah sepatutnya Idul Fitri ini menjadi momentum yang sangat penting untuk berjihad menegakkan kembali amanah hari kemenangan.

Tak terkecuali masyarakat Indonesia yang hidup diperantauan. Saya termasuk salah satunya meski hanya akan tinggal selama 6 minggu atas undangan pemerintah Taiwan guna mengikuti The 109th Regular Session on Financing Government, Decentralization and Development Training yang diselenggarakan oleh International Center of Land Policy Study and Training (ICLPST) yang beralamat di Chungshan Road, Taoyuan County, Taiwan Republic of China.

Berpuasa dan berlebaran di negeri orang dimana masyarakat muslim bukan merupakan mayoritas merupakan pengalaman yang sangat baru bagi saya. Namun demikian ternyata ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh rekan-rekan mahasiswa dan pekerja muslim Indonesia untuk berpuasa dan merayakan lebaran di Taiwan. Namanya juga manusia yang bisa berbeda satu sama lain, ternyata tidak hanya di Indonesia ada perbedaan pelaksanaan sholat idul fitri juga di Taiwan.

Kami sudah mulai sibuk memantau informasi akhir Ramadhan mulai hari Sabtu. Saya terus memantau perkembangan berita melalui teman yang baru saja saya kenal yaitu seorang mahasiswa Indonesia bernama Lalu Muhammad Jaelani yang sedang mengambil program Master bidang remote sensing di NCU. Meskipun akhirnya dengan berbagai pertimbangan saya memutuskan untuk berlebaran pada hari Minggu namun ternyata muslim Taiwan juga tidak seluruhnya berlebaran di hari tersebut karena ada sebagian yang merayakannya pada hari Senin. Shalat Idul fitri bersama pada hari Minggu dapat dilakukan di mesjid besar atau mesjid kecil Taipei sedangkan yang merayakannya pada hari Senin dapat bergabung dengan msyarakat muslim di masjid Jhongli.

Merayakan lebaran di Taiwan bukan hal yang mudah, untuk mencapai lokasi Taipei Grand Mosque di Taipei kita terlebih dahulu harus menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam dari Taoyuan. Berangkat subuh saya bersama seorang teman dari Indonesia dan seorang lagi dari Libiya sudah bersiap-siap menggunakan kereta yang baru pertama kali itu pula saya coba naiki. Alhamdulillah sampailah kita di Taipei Main Station tepat pukul 6.30 am dan bertemu dengan rombongan mahasiswa NCU di sana untuk kemudian naik MRT ke arah Guting. Sesampainya di Guting kita masih harus berjalan kaki kurang lebih sekitar 20 menit menuju ke arah Daan Park dimana lokasi masjid berada. Subhanallah pengalaman sangat berbeda saya rasakan, mungkin karena kita sama-sama merasa senasib sepenanggungan yang menyebabkan kita merasa sudah seperti saudara setiap kali bertemu dengan orang Indonesia di sepanjang perjalanan menuju masjid.

Tidak jauh dari Daan Park mulai terlihat sebuah gereja yang menurut informasi tidak jauh dari gereja itulah lokasi masjid besar berada. Terbayang sudah betapa besarnya masjid itu dalam benak saya. Namun demikian setelah tepat berada di halaman depannya apa yang sebelumnya saya bayangkan sangat berbeda. Taipei Grand Mosque ternyata tidak begitu besar, masih kalah megah dibandingkan dengan Majid DJP. Hanya ada beberapa hal yang berbeda dari segi interior maupun eksteriornya, maklum masjid ini dikelola oleh masyarakat muslim Cina. Wah ternyata banyak juga masyarakat muslim di Taipei dan memang masih didominasi oleh orang Indonesia. Perasaan sangat berbeda ketika memasuki tempat wudhu dimana untuk berwudhu disediakan kursi untuk duduk, sandal dan handuk kecil yang sangat jarang saya temui di Indonesia.

Seperti biasa acara shalat ied diawali dengan takbir yang sempat membuat hati saya bergetar dan kulit saya merinding, maklum baru kali ini saya berlebaran jauh dari keluarga. Ada lagi yang sangat berbeda menjelang pukul 8.45am saat sang ta’mir masjid yang menggunakan jubah putih khas orang Arab tampil ke depan, semula saya mengira dia akan memulai shalat namun ternyata itu merupakan awal khutbah yang tentunya menggunakan bahasa Cina. Dialog tersebut berlangsung cukup lama dan kemudian dilanjutkan dengan shalat berjamaah.

Nah pada bagian inilah saya merasakan ada perbedaan dengan shalat ied yang biasa kita lakukan di Indonesia, entah dari mahzab mana yang mereka gunakan dimana takbir pada rakaat pertama hanya 5 kali, dilanjutkan rukuk kemudian diikuti sujud. Pada rakaat kedua takbir hanya sekali namun uniknya setelah rukuk tidak langsung sujud ada tambahan semacam doa yang saya tidak mengerti, kemudian sujud. Selesai sholat saya mengira pasti saya akan terdiam seribu kata karena tidak mengerti isi khutbah yang akan disampaikan karena pasti dalam bahasa Cina, namun prasangka itu berubah menjadi kekaguman luar biasa karena ternyata sang imam menyampaikan khutbahnya menggunakan bahasa arab dengan cukup fasih…. Subhanallah.

Selesai sholat di luar masjid sudah disediakan hidangan snack ala kadarnya dan di tempat itulah kita saling bertegur sapa untuk mengucapkan selamat lebaran sekaligus saling memaafkan. Khusus untuk mahasiswa dan pekerja Indonesia kita sempat diundang makan oleh Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Bapak Suhartono di rumahnya. Alhamdulillah acara ini dapat sedikit mengurangi kerinduan kami akan makanan Indonesia.

Dalam kesempatan itu saya sempat bercakap-cakap dengan beberapa teman dari BIN yang juga berlebaran di tempat yang sama. Ada banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari pada hari itu. Ternyata meskipun jauh dari keluarga saya masih bisa merayakan lebaran bersama orang-orang yang telah kami anggap sebagai saudara. Mereka sangat memperhatikan kami sesama muslim Indonesia, bapak-ibu dari KDEI dapat dianggap sebagai orang tua, rekan-rekan tenaga kerja dan mahasiswa yang aktif di masjid sudah seperti saudara. Satu prinsip yang senantiasa membuat saya bersemangat, berikan kontribusi dan perhatian meskipun sedikit dimanapun kita berada, berusaha semampu kita untuk menjalankan pekerjaan dan amanah dengan baik apapun posisi dan profesi kita, semoga Allah memberikan kemudahan pada kita semua. Selamat idul fitri, Mohon maaf lahir dan batin….

Advertisement

5 thoughts on “Merayakan Hari Kemenangan Di Negeri Minoritas Muslim

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.